Kamis, 21 September 2017

Khalifah Harun Ar Rasyid (763-809 M)

Harun Ar-Rasyid yang bernama lengkap Ar-Rasyid bin Muhammad Al-Mahdi bin Abdullah AL-Mansyur bin Muhammaad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Mutholib, Abu Ja’far. Dalam usia yang relatif muda, Harun Ar-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta para pejabat tinggi dan jenderal veteran. 

https://hazanid.blogspot.com/2017/09/khalifah-harun-ar-rasyid-763-809-m.html

Era keemasan Islam (The Golden Ages of Islam) tertoreh pada masa ke pemimpinannya. Perhatiannya yang begitu besar terhadap kesejahteraan rakyat serta kesuksesannya mendorong perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi, ekonomi, perdagangan, politik, wilayah kekuasaan, serta peradaban Islam telah membuat Dinasti Abbasiyah menjadi salah satu negara adikuasa dunia di abad ke-8 M.

Amir para khalifah Abbasiyah itu bernama Harun Ar-Rasyid. Dia adalah raja agung pada zamannya. Konon, kehebatannya hanya dapat dibandingkan dengan Karel Agung (742 M - 814 M) di Eropa. Pada masa kekuasaannya, Baghdad ibu kota Abbasiyah - menjelma menjadi metropolitan dunia. Jasanya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban hingga abad ke-21 masih dirasakan dan dinikmati masyarakat dunia.

Figur Harun Ar-Rasyid yang legendaris ini terlahir pada 17 Maret 763 M di Rayy, Teheran, Iran. Dia adalah putera dari Khalifah Al-Mahdi bin Abu Ja’far Al-Mansur khalifah Abbasiyah ketiga. Ibunya bernama Khaizuran seorang wanita sahaya dari Yaman yang dimerdekakan dan dinikahi Al-Mahdi. Sang ibu sangat berpengaruh dan berperan besar dalam kepemimpinan Al-Mahdi dan Harun Ar-Rasyid.

Sejak belia, Harun Ar-Rasyid ditempa dengan pendidikan agama Islam dan pemerintahan di lingkungan istana. Salah satu gurunya yang paling populer adalah Yahya bin Khalid. Berbekal pendidikan yang memadai, Harun pun tumbuh menjadi seorang terpelajar. Harun Ar-Rasyid memang dikenal sebagai pria yang berotak encer, berkepribadian kuat, dan fasih dalam berbicara.

Ketika tumbuh menjadi seorang remaja, Harun Ar-Rasyid sudah mulai diterjunkan ayahnya dalam urusan pemerintahan. Kepemimpinan Harun ditempa sang ayah ketika dipercaya memimpin ekspedisi militer untuk menaklukk Bizantium sebanyak dua kali. Ekspedisi militer pertama dipimpinnya pada 779 M - 780 M. Dalam ekspedisi kedua yang dilakukan pada 781-782 M, Harun memimpin pasukannya hingga ke pantai Bosporus. Dalam usia yang relatif muda, Harun Ar-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta para pejabat tinggi dan jenderal veteran. Dari mereka pula, Harun banyak belajar tentang strategi pertempuran.

Sebelum dinobatkan sebagai khalifah, Harun didaulat ayahnya menjadi gubernur di As-Siafah tahun 779 M dan di Maghrib pada 780 M. Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah mengukuhkannya sebagai putera mahkota untuk menjadi khalifah setelah saudaranya, Al-Hadi. Pada 14 Septempber 786 M, Harun Ar-Rasyid akhirnya menduduki tahta tertinggi di Dinasti Abbasiyah sebagai khalifah kelima.

Harun Ar-Rasyid berkuasa selama 23 tahun (786 M - 809 M). Selama dua dasawarsa itu, Harun Al-Rasyid mampu membawa dinasti yang dipimpinnya ke peuncak kejayaan. Ada banyak hal yang patut ditiru para pemimpin Islam di abad ke-21 ini dari sosok raja besar Muslim ini. Sebagai pemimpin, dia menjalin hubungan yang harmonis dengan para ulama, ahli hukum, penulis, qari, dan seniman.

Ia kerap mengundang para tokoh informal dan profesional itu keistana untuk mendiskusikan berbagai masalah. Harun Ar-Rasyid begitu menghagai setiap orang. Itulah salah satu yang membuat masyarakat dari berbagai golongan dan status amat menghormati, mengagumi, dan mencintainya. Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin yang mengakar dan dekat dengan rakyatnya. Sebagai seorang pemimpin dan Muslim yang taat, Harun Ar-Rasyid sangat rajin beribadah. Konon, dia terbiasa menjalankan shalat sunat hingga seratus rakaat setiap harinya. Dua kali dalam setahun, khalifah kerap menunaikan ibadah haji dan umrah dengan berjalan kaki dari Baghdad ke Makkah. Ia tak pernah lupa mengajak para ulama ketika menunaikan rukun Islam kelima.

Jika sang khalifah tak berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji, maka dihajikannya sebanyak tiga ratus orang di Baghdad dengan biaya penuh dari istana. Masyarakat Baghdad merasakan dan menikmati suasana aman dan damai di masa pemerintahannya. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harus Ar-Rasyid tak mengenal kompromi dengan korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku korup itu adalah orang yang dekat dan banyak berpengaruh dalam hidupnya. Tanpa ragu-ragu Harun Ar- Rasyid memecat dan memenjarakan Yahya bin Khalid yang diangkatnya sebagai perdana menteri (wazir).

Harun pun menyita dan mengembalikan harta Yahya senilai 30,87 juta dinar hasil korupsi ke kas negara. Dengan begitu, pemerintahan yang dipimpinnya bisa terbebas dari korupsi yang bisa menyengsarakan rakyatnya. Pemerintahan yang bersih dari korupsi menjadi komitmennya. Konon, Harun Ar-Rasyid adalah khalifah yang berprawakan tinggi, bekulit putih, dan tampan. Di masa kepemimpinannya, Abbasiyah menguasai wilayah kekuasaan yang terbentang luas dari daerah-daerah di Laut Tengah di sebelah Barat hingga ke India di sebelah Timur. Meski begitu, tak mudah bagi Harun Ar-Rasyid untuk menjaga keutuhan wilayah yang dikuasainya.

Berbagai pemberontakan pun tercatat sempat terjadi di era kepemimpinannya. Pemberontakan yang sempat terjadi di masa kekuasaannya antara lain; pemberontakan Khawarij yang dipimpin Walid bin Tahrif (794 M); pemberontakan Musa Al-Kazim (799 M); serta pemberontakan Yahya bin Abdullah bin Abi Taglib (792 M). Salah satu puncak pencapaian yang membuat namanya melegenda adalah perhatiannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Di masa kepemimpinannya terjadi penerjemahan karya-karya dari berbagai bahasa.

Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam. Menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan perabadan. Pada era itu pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah - perpustakaan raksasa sekaligus pusat kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya. Harun pun menaruh perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu keagamaan. Sang khalifah tutup usia pada 24 Maret 809 M pada usia yang terbilang muda 46 tahun. Meski begitu pamor dan popularitasnya masih tetap melegenda hingga kini. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu tokoh dalam kitab 1001 malam yang amat populer. Pemimpin yang baik akan tetap dikenang sepanjang masa.

Pemimpin yang Prorakyat

Di era modern ini begitu sulit menemukan pemimpin yang benar-benar mencintai dan berpihak kepada rakyatnya. Sosok pemimpin yang mencintai rakyat pastilah akan dicintai dan dikagumi rakyatnya. Salah seorang pemimpin Muslim yang terbilang langka itu hadir di abad ke-8 M. Pemimpin yang pro rakyat itu bernama Khalifah Harun Ar-Rasyid.

Sang khalifah benar-benar memperhatikan dan mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Guna meningkatkan kesejahteraan rakyat dan negara, Harun Ar-Rasyid berupaya dengan keras memajukan perekonomian serta perdagangan. Pertanian juga berkembang dengan begitu pesat, lantaran khalifah begitu mena ruh perhatian yang besar dengan membangun saluran irigasi. Langkah pemerintahan Harun Ar-Rasyid yang serius ingin menyejahterakan rakyatnya itu mendapat dukungan rakyatnya. Kemajuan dalam sektor perekonomian, perdagangan dan pertanian itu membuat Baghdad menjadi pusat perdagangan terbesar dan teramai di dunia saat itu.

Dengan kepastian hukum serta keamanan yang terjamin, berbondong-bondong para saudagar dari berbagai penjuru dunia bertransaksi melakukan pertukaan barang dan uang di Baghdad. Negara pun memperoleh pemasukan yang begitu besar dari perekonomian dan perdagangan itu serta tentunya dari pungutan pajak. Pemasukan kas negara yang begitu besar itu tak dikorup sang khalifah. Harun Ar-Rasyid menggunakan dana itu untuk pembangunan dan menyejahterakan rakyatnya. Kota Baghdad pun dibangun dengan indah dan megah. Gedunggedung tinggi berdiri, sarana peribadatan tersebar, sarana pendidikan pun menjamur, dan fasilitas kesehatan gratis pun diberikan dengan pelayanan yang prima.

Sarana umum lainnya seperti kamar mandi umum, taman, jalan serta pasar juga dibangun dengan kualitas yang sangat baik. Khalifah pun membiayai pengembangan ilmu pengetahuan di bidang penerjemahan dan serta penelitian. Negara menempatkan para ulama dan ilmuwan di posisi yang tinggi dan mulia. Mereka dihargai dengan memperoleh gaji yang sangat ting gi. Setiap tulisan dan penemuan yang dihasilkan ulama dan ilmuwan dibayar mahal oleh negara.

Sangat pantas bila keluarga khalifah dan pejabat negara lainnya hidup dalam segala kemewahan pada zamannya. Sebab, kehidupan rakyatnya juga berada dalam kemakmuran dan kesejahteraan. Tak seperti pemimpin kebanyakan yang hidup dengan kemewahan di atas penderitaan rakyatnya. Sampai kapan pun, sosok Harun Ar-Rasyid layak ditiru dan dijadikan panutan para pemim - pin dan calon pemimpin yang ingin mencitai dan berpihak pada rakyatnya.

Jejak Hidup Sang Khalifah Agung Tahun 763 M : Pada 17 Maret, Harun terlahir di Rayy.
Tahun 780 M : Memimpin pasukan militer melawan Bizantium.
Tahun 782 M: Kembali memimpin pa - suk an melawan Bizantium hingga ke Bos porus.
Tahun 786 M: 14 September saudaranya Al-Hadi - khalifah keempat meninggal dunia.
Tahun 791 M: Harun kembali berperang melawan Bizantium.
Tahun 795 M: Harun meredam pembenrontakan Syiah dan memenjarakan
Musa Al-Kazim. Tahun 796 M: Harun memindahkan istana dan pusat pemerintahan dari Baghdad ke Ar-Raqqah.
Tahun 800 M: Harun mengangkat Ibrahim ibnu Al-Aghlab sebagai gubernur Tunisia.
Tahun 802 M: Harun menghadiahkan dua gajah albino ke Charlemagne sebagai hadiah diplomatik.
Tahun 803 M: Yahya bin Khalid (perdana menteri yang dipecat karena korupsi meninggal dunia.
Tahun 807 M: Kekuatan Harun mengusai Siprus.
Tahun 809 M: Harun meninggal dunia ketika melakukan perjalanan di bagian timur wilayah kekuasaannya.

Sutan Usman I Peletak Dasar Ke Khalifahan Usmani

Pada tahun 1267 M, Utsman anak Urtughril lahir. Utsman inilah yang kemudian menjadi nisbat ( icon ) kekuasaan Khilafah Utsmaniyah. Tahun kelahirannya bersamaan dengan serbuan pasukan Mongolia dibawah pimpinan Hulaku yang menyerbu ibu kota Khilafah Abbasiyah. Penyerbuan ini merupakan peristiwa yang sangat mengenaskan dalam sejarah, karena korban sedemikian banyak. 

https://hazanid.blogspot.com/2017/09/sutan-usman-I-peletak-dasar-ke-khalifah-usmani.html

Tentang kejamnya serbuan Mongolia tersebut, Ibnu Katsir menjelaskan, “Mereka datang menyerbu Baghdad, membunuh siapa saja yang dapat mereka bunuh, baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak, maupun orang tua yang bersembunyi beberapa di dalam sumur, tempat-tempat binatang buas, tempat-tempat kotor, atau sama sekali tidak berani keluar rumah. Ada sebagian orang yang berusaha bersembunyi di dalam toko-toko lalu mereka menutup pintu. Namun pasukan Mongol membuka pintu secara paksa, baik dengan cara mendobrak ataupun membakar. Kemudian mereka memasuki toko-toko itu dan menyeret orang-orang yang bersembunyi tadi ke atas wuwungan rumah, lalu dibunuh diatas sama sehingga darah mengalir demikian derasnya. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Roji'un . Demikian pula orang-orang yang bersembunyi didalam masjid, tempat-tempat pertemuan, semuanya dibunuh. Tak ada yang selamat, kecuali mereka yang berasal dari kalangan Ahli Dzimmah, yaitu Yahudi dan orang-orang Kristen serta orang-orang yang meminta perlindungan pada mereka.1

Peristiwa ini sungguh menjadi peristiwa yang demikian mengerikan dan mengenaskan. Kondisi umat Islam saat itu sedang dilanda krisis, akibat lumuran dosa dan maksiat. Mereka lemah, takut mati, dan cinta dunia. Oleh sebab itu lah mereka dikuasai bangsa Mongol yang melecehkan kehormatan umat Islam, menumpahkan darah kaum Muslimin, membunuh jiwa-jiwa tak berdosa, merampas semua kekayaan umat dan menghancurkan tempat tinggal kaum Muslimin. 

Pada situasi yang mencekam dan sangat kritis ini, serta dalam kondisi umat yang dilandasi rasa takut mati dan cinta dunia, lahirlah Utsman, peletak dasar Khilafah Utsmaniyah. Disini ada satu hal yang patut kita cermati dan perhatikan, dimana umat Islam telah memulai sebuah kebangkitan baru saat ia berada di puncak kelemahan dan kehancurannya. Inilah titik tolak kebangkitan dan kemenangan. Sungguh sebuah hikmah Alloh, kehendak dan kemauan-Nya yang tidak bisa ditolak oleh siapa saja. 

Allah berfirman, 
“Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan” . (Al-Qashash 28:4) 

Dalam lanjutan ayat ini Allah berfirman, 
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi) dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu” . (QS Al Qashash 28:5-6) 

Sama sekali tidak ada keraguan, bahwa Allah mampu memenangkan hamba-Nya dalam sekejap mata saja. Sebagaimana yang Allah firmankan, 

“Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", maka jadilah ia”. (QS An-Nahl:40) 

Maka tidak sewajarnya orang-orang yang berada di jalan yang benar, bersikap terburu-buru untuk mendapatkan pertolongan dan kemenangan yang dijanjikan. Mereka harus memperhatikan sunnah-sunnah Syar'iyah dan sunnah kauniyah, selain harus bersabar dalam menjalankan agama Allah, sebab Allah berfirman. 

“Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain” (QS Muhmamad 4) 

Sedangkan Allah SWT jika menghendaki sesuatu pasti Dia akan menyediakan sebab-sebabnya, akan mendatangkannya secara berangsur-angsur dan bukan dengan sekaligus. 

Kisah entitas Khilafah Utsmaniyah bermula dari munculnya sosok pemimpin bernama Utsman, yang lahir pada saat kehancuran Khilafah Abbasiyah di Baghdad. 

Beberapa Sifat Kepemimpinan Utsman I

Jika kita memperhatikan dengan seksama riwayat hidup Utsman I, tampak sifat-sifat kepribadianya sebagai komandan perang dan seorang politikus. Beberapa sifat yang menonjol darinya adalah sebagai berikut: 
  1. Pemberani . Tatkala pemimpin-pemimpin Kristen Byzantium melakukan pertemuan di Burshah, Madanus, Adrahnus, Katah, dan Kastalah pada tahun 1301 M, dalam rangka menyatukan langkah dan membentuk aliansi Salib untuk memerangi Utsman bin Urtughril, peletak dasar Khilafah Utsmaniyah, semua orang Kristen merespon positif seruan itu dan mereka bersatu untuk menghancurkan negara yang baru berdiri tersebut. Utsman dengan pasukannya datang menyongsong pasukan Salib, dia pun terjun langsung ke medan perang. Dia berhasil menghancurkan pasukan Romawi. Dalam peperangan tersebut, tampak keberanian dan kepahlawanannya. Keberaniannya menjadi kata kiasan dalam pemerintahan Utsmani. 2
  2. Bijaksana . Setelah menerima estafet kepemimpinan kaumnya, dia melihat bahwa merupakan sebuah tindakan bijak jika dia bergabung bersama Sultan Alauddin untuk menggempur orang-orang Kristen. Ini didukung oleh adanya penaklukan-penaklukan beberapa kota pertahanan dan benteng-benteng musuh. Oleh sebab itulah dia mendapat kepercayaan dari Sultan Saljuk Romawi Alauddin untuk menjadi Amir. Sultan mengizinkan dirinya untuk membuat mata uang dengan melukiskan namanya sendiri. Disamping itu, namanya disebutkan di khutbah-khutbah jum'at diwilayah yang menjadi kekuasaannya. 3

  3. Ikhlas . Keikhlasannya dalam menunaikan agama, tersebar luas hingga penduduk-penduduk yang berdekatan dengan wilayah kekuasaan Utsman. Tak ayal, para penduduk di perbatasan tersebut menjadi benteng tangguh dan pilar utama bangunan Islam dalam membendung serangan-serangan musuh yang mengancam Islam dan kaum Muslimin. 4
  4. Sabar . Sifatnya tampak saat melakukan penaklukan benteng dan negeri-negeri. Dia mampu membuka benteng Katah, benteng Lafkah, Aaq Hishar dan Qawj Hishar pada tahun 707 H. sedangkan pada tahun 712 H, dia mampu membuka benteng Kabwah, Yakijah Tharaqaluh, Takrar Bikari, dan yang lainnya.

    Penaklukan benteng-benteng tersebut, besar pengaruhnya dalam menaklukkan kota Burusah pada tahun 717H/ 1317 M. Dimana penaklukan kota tersebut diperlukan waktu yang cukup panjang dan pertempuran yang berlangsung bertahun-tahun. Bahkan penaklukan kota Burusah merupakan penaklukan paling sulit yang pernah dilakukan Utsman. Dimana dia terlibat pertempuran sengit dengan pemimpin kota itu yang bernama Ikrinus bertahun-tahun lamanya, hingga akhirnya dia menyerah dan menyerahkan kota Burusah pada Utsman. Allah berfirman,

    “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS Ali Imran 200). 

  5. Daya tarik keimanan . Sifat ini tampak ketika Ikrinus pemimpin Burusah berinteraksi dengannya dan kemudian dia masuk Islam. Sultan memberinya gelar Baek . Dia kemudian menjadi salah satu komandan perang Khilafah Utsmaniyah yang sangat terkenal. Banyak komandan perang Byzantum yang terpengaruh dengan kepribadian Utsman dan metode yang dilakoninya, sehingga banyak diantara mereka yang bergabung dengan tentara-tentara Utsmani. 5

    Bahkan banyak jama'ah-jama'ah Islam yang meleburkan diri dalam pemerintah Utsmani, seperti jama'ah Ghuzya Rum (pasukan penyerbu Romawi). Kelompok ini adalah kelompok yang selalu melakukan penjagaan diwilayah-wilayah perbatasan Romawi dan mencegah serangan yang mungkin datang menyerbu kekuatan Islam sejak masa pemerintahan Abbasiyah. Wujud pasukan ini telah memberikan pelajaran penting dalam melawan orang-orang Romawi dan sekaligus meneguhkan komitmen mereka dengan Islam serta kepatuhannya pada ajaran Islam.

    Kelompok lain yang meleburkan diri dalam pemerintahan Utsmani, adalah kelompok yang bernama Al-Ikhyan atau Al-Ikhwan . Mereka adalah kelompok orang-orang pemurah yang selalu memberi bantuan pada kaum Muslimin dan selalu terbuka menerima kehadiran mereka, serta selalu mengiringi pasukan kaum Muslimin saat melakukan perang. Sebagian besar kelompok ini, terdiri dari para pedagang kaya yang menyumbangkan hartanya bagi kepentingan Islam, seperti mendirikan masjid, toko, dan penginapan-penginapan. Mereka memiliki kedudukan istimewa dalam pemerintahan. Dalam kelompok ini juga terdapat beberapa ulama berilmu luas yang aktif menyebarkan pengetahuan Islam dan gigih dalam upaya menjadikan manusia berpegang teguh pada agama Islam.

    Ada pula jama'ah yang bernama Hajiyat Rum (penziarah negeri Romawi). Kelompok ini adalah kelompok yang memiliki pengetahuan dan syariat Islam yang jempolan dan detail. Mereka bertujuan untuk membantu kaum Muslimin secara umum dan kaum Mujahidin secara khusus, serta masih banyak kelompok-kelompok lain. 6
  6. Adil . Sebagian besar referensi yang berasal dari Turki menyebutkan bahwa Urthugril mengangkat anaknya Utsman menjadi qadhi di kota Qarahjah Hishar setelah dia mampu mengambil alih wilayah tersebut dari tangan orang-orang Byzantum pada tahun 1285 M. suatu saat Utsman memenangkan perkara seorang Byzantum Turki. Maka orang itu pun sangat heran dan bertanya pada Utsman: “Bagaimana mungkin engkau memberi keputusan hukum yang mendatangkan maslahat padaku, sedangkan saya sendiri tidak seagama denganmu?” Kemudian Utsman menjawab: ”Bagaimana mungkin saya tidak memutuskan perkara yang mendatangkan maslahat padamu padahal Allah Tuhan yang saya sembah berfirman. “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS An-Nisa 58). Keadilan inilah yang telah membuat orang tadi mendapat hidayah dan masuk Islam. 7

    Sesungguhnya Utsman menjalankan keadilan terhadap rakyat yang ditaklukannya. Dia tidak pernah memperlakukan pihak yang kalah dengan tindakan zalim, kejam, bengis, dan tidak manusiawi. Perlakuannya terhadap mereka selalu berpedoman pada hukum Ilahi yang berbunyi,

    “Berkata Dzulkarnain: "Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami". (QS Al-Kahfi 87-88)

    Dengan mengaplikasikan aturan Rabbani ini, menunjukkan bahwa dia memiliki keimanan, ketakwaan, dan kecerdasan serta pada saat yang sama telah memberikan keadilan, kebaikan, dan kasih pada sesama. 

  7. Memenuhi Janji . Dia sangat memperhatikan pemenuhan janji. Tatkala pemimpin benteng Ulubad yang berasal dari Byzantum meminta syarat saat dia menyerah pada tentara Utsmani, agar tidak seorang pun Utsmani muslim yang menyebar di saat jembatan untuk memasuki benteng maka dia pun memenuhi persyaratan itu demikian juga orang yang datang setelahnya 8
    . Allah berfirman,

    “Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”. (QS Al-Isra 34) 

  8. Ikhlas karena Allah dalam setiap penaklukannya. Semua penaklukan yang ia lakukan, sama sekali bukan demi kemaslahatan ekonomi dan kemaslahatan militer atau yang lainnya. Tetapi sebagai kesempatan untuk menyampaikan dakwah dan menyebarkan agama-Nya. Oleh sebab itulah, sejarawan Ahmad Rafiq dalam buku At-Tarikh Al-‘Am Al-Kabir menyifatinya, “Utsman adalah seorang yang sangat agamis. Dia sangat mengerti bahwa penyebaran Islam itu merupakan kewajiban suci. Dia adalah “raja” dalam pemikiran politik yang memiliki pandangan yang luas dan kokoh. Utsman tidak sekali-kali mendirikan negaranya karena kecintaan pada kekuasaan. Dia mendirikan negaranya karena didorong oleh rasa cintanya untuk menyebarkan Islam. 9

    Mushir Ughlu mengatakan:”Utsman bin Urtughril benar-benar mengimani bahwa kewajiban satu-satunya dalam kehidupannya adalah berjihad dijalan Allah untuk menegakkan kalimat Allah. Dia telah melakukannya dengan segala daya dan upaya untuk mencapai tujuan ini. 10

Demikianlah beberapa karakteristik Utsman yang merupakan buah dari keimanan terhadap Allah, kesiapannya menyambut Hari Akhirat, kecintaannya pada orang-orang yang beriman dan kebenciannya pada orang-orang kafir, serta rasa cinta yang sedemikian dalam untuk berjihad dan berdakwah dijalan Allah. Oleh sebab itulah, Utsman dalam setiap penaklukannya meminta pada semua pemimpin Romawi di Asia Kecil untuk memilih tiga pilihan yakni: Masuk Islam, membayar jizyah, atau berperang. Maka dari itu, sebagian mereka masuk Islam, sebagiannya bergabung dengannya, dan sebagian lagi ada yang membayar jizyah. Sedangkan, orang yang tidak memilih Islam dan tidak membayar Jizyah, maka akan dia akan memerangi hidup-mati. Dia pun mampu mengalahkan mereka dan menggabungkan wilayah-wilayah itu dibawah kekuasaannya. 

Utsman memiliki kepribadian yang seimbang dan ajeg. Semuanya, berkat keimanannya yang demikian agung kepada Allah dan Hari Akhir. Oleh karena itu, kekuasaannya tidak melenyapkan keadilannya, kesultanannya tidak menghilangkan rasa kasihnya, tidak pula kekayaannya mengotori kerendahan hatinya. Manusia demikian, berhak untuk mendapatkan pertolongan dan dukungan dari Allah SWT. Maka dari itu, Allah memuliakannya dengan potensi brilian untuk membuat strategi-strategi yang mampu memenangkan dan mengalahkan, dan semuanya merupakan karunia Allah atas hamba-Nya yang bernama Utsman. 

Allah telah memberikan kemampuan dan kekuatan padanya untuk mengendalikan Asia Kecil dari sisi opini, kehandalan tempur militer, dan kharisma pribadi. Allah telah menjaganya oleh karenanya Allah membuka pintu taufik dan Dia mengabulkan apa yang menjadi tujuan dan maksudnya. Pekerjaannya demikian agung karena rasa cintanya pada dakwah di jalan Allah. Dia mampu menggabungkan dalam penaklukan-penaklukan dengan tajamnya pedang dan meluluhkan hati dengan iman dan ihsan. Setiap dia melakukan penaklukan pada satu wilayah, maka dia akan menyeru mereka pada kebenaran dan keimanan kepada Allah. Dia sangat peduli untuk melakukan perubahan di sebuah wilayah dan negeri yang ditaklukannya, bahkan ia selalu berusaha untuk menghadirkan kebenaran dan keadilan. Utsman adalah sosok yang loyal dan cinta pada orang-orang yang memiliki keimanan sebagaimana dia sangat benci pada orang kufur. 

Dustur Yang Menjadi Panduan Pemerintahan Utsmani

Kehidupan Utsman diwarnai dengan jihad dan dakwah dijalan Allah. Para ulama selalu mengelilinginya dan selalu memberikan nasehat, baik masalah tata negara dan implementasi syariah atau pengendalian kekuasaan. Sejarah telah memberi catatan pada kita semua, bagaimana Utsman memberikan nasehat pada anaknya saat berada di ranjang kematian. Wasiat yang dia ucapkan mengandung makna peradaban dan manhaj syariah yang menjadi pedoman dalam pemerintahan Utsmani setelah meninggalnya. 

Utsman berkata dalam wasiatnya: “Wahai anakku, janganlah kamu menyibukkan dirimu dengan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Tuhan Semesta Alam. Jika kamu menghadapi kesulitan dalam masalah hukum, maka bermusyawarahlah dengan ulama-ulama yang mengerti agama. Wahai anakku, hormatilah orang yang taat padamu dengan penuh bangga, dan berbuat baiklah pada para tentara dan jangankah setan memperdayamu dengan banyaknya tentara dan hartamu. Janganlah engaku menjauhi ahli syariah. Wahai anakku, sesungguhnya kau tahu tujuan kita semua adalah untuk mencari rido Allah Tuhan Semesta Alam, dan sesungguhnya jihad meliputi semua cahaya agama kita diseluruh cakrawala sehingga rido Allah akan turun kepada kita. Wahai anakku, kita bukanlah golongan manusia yang berperang karena nafsu untuk menguasai. Sebab kita dengan Islam hidup dan untuk Islam kita mati. Inilah wahai anakku apa yang mesti kamu perhatikan”. 11

Dalam buku At-Tarikh Al-Siyasi Li Al-Dawlat Al-‘Aliyah Al Utsmaniyyah akan didapat wasiatnya dalam ungkapan yang berbeda. Dia mengatakan: “Ketahuilah wahai anakku. Sesungguhnya penyebaran Islam itu, dan menyeru manusia pada hidayah, melindungi kehormatan kaum Muslimin dan harta mereka adalah amanah yang ada diatas lehernya, yang akan Allah tanyakan suatu waktu tentangnya”. 12

Dalam buku Ma'sat Bani Utsman kita akan dapatkan satu riwayat lain dari wasiat Utsman buat anaknya Orkhan. Dia berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya saya akan berpindah keharibaan Tuhan-ku, saya akan sangat bangga jika kau menjadi sosok yang adil terhadap rakyatmu, berjihad dijalan Allah dan menyebarkan agama Islam. Wahai anakku, saya wasiatkan padamu agar kau dekat dengan ulama umat ini, perhatikan mereka, hormati mereka, selalu musyawarahlah dengan mereka, sebab mereka tidak akan pernah menyuruh kecuali pada kebaikan. Wahai anakku, janganlah kau sekali-kali melakukan perbuatan yang tidak Allah ridoi. Jika kau dapat kesulitan, maka bertanyalah pada ulama ahli syariah, sebab mereka akan menunjukimu pada kebaikan. Ketahuilah wahai anakku, bahwa tujuan kita satu-satunya adalah menyebarkan agama Allah. Kita bukanlah orang yang mencari kedudukan dan dunia”. 13

Wasiat ini telah menjadi manhaj dimana para penguasa Utsmani menjalankan roda kekuasaannya. Mereka selalu memperhatikan ilmu pengetahuan dan lembaga-lembaga riset ilmiah, memperhatikan kualitas militer dan lembaga-lembaganya, menghormati para ulama dan tetap konsisten dengan jihad yang sukses menaklukan negeri-negeri jauh yang mampu ditempuh pasukan muslim, sebagaimana mereka juga telah mampu menebarkan pemerintahannya dan menebarkan peradabannya. 14

Wasiat abadi inilah yang menjadi pegangan para penguasa Utsmani disaat mereka berada dipuncak kekuasaan, kemuliaan, dan kekokohannya. 

Saat Utsman meninggal, dia telah mewariskan kekhalifahan Utsmani dengan luas 16.000 km persegi. Dengan negara yang baru lahir itu, dia telah menembus Laut Marmarah, dengan bala tentaranya dia telah berhasil mengancam dua kota utama Byzantium kala itu yakni Azniq dan Burshah. 15




Catatan Kaki

1.
 Al-Bidayah wa Al-Nihayah: 12/192-93. 
2. Lihat: Jawanib Mudhi'ah fi Tarikh Al-Utsmaniyin Al-Atraak, hal. 197.
3. Lihat: Qiyam Al-Dawlat Al-Utsmaniyah, hal. 25.
4. Lihat: Qiyam Al-Dawlat Al-Utsmaniyah, hal. 26
5. Lihat: Qiyam Al-Dawlat Al-Utsmaniyah, hal.28.
6. Lihat: Al-Taraju ‘Al-Hadhari fi Al-‘Alam Al-Islami, Dr. Abdul Halim, hal. 332.
7. Lihat: Jawanib Mudhiah, hal 32.
8. Lihat: Jawanib Mudhiah, hal 33.
9. Lihat: Jawanib Mudhiah, hal 33.
10. Lihat: Jawanib Mudhiah, hal 33. 
11. Al-Utsmaniyyun fi Al-Tarikh wa Al-Hadharah. Dr. Muhammad Harb, hal 16.
12. Lihat: Jawanib Mudhiah, hal 21. 
13. Lihat: Jawanib Mudhiah, hal 3.
14. Al-Utsmaniyyun fi Al-Tarikh wa Al-Hadharah, hal 26.
15. ibid, hlm 15.

Sultan Sulaiman Orkhan Bin Utsman (1327-1360 M)

Setelah wafatnya Utsman, anaknya yang bernama Orkhan segera memangku kekuasaan. Dia melakukan kebijakan sebagaimana yang dilakukan oleh ayahnya dalam administrasi negara dan penaklukan-penaklukan negeri. Pada tahun 1327, Nicomedia jatuh ketangannya. Nicomedia adalah sebuah kota yang berada di barat laut Asia Kecil dekat Istanbul (Konstantinople). Kota ini dikenal dengan sebutan Azmiyet. Di tempat inilah dia mendirikan sebuah universitas untuk pertama kalinya. Dia menyerahkan administrasinya pada Daud Al-Qaishari salah seorang ulama Utsmani yang pernah belajar di Mesir.1 Dia sangat memperhatikan struktur tentara sesuai dengan masanya dan menjadikannya sebagai tentara yang sanagt terorganisir.2
https://hazanid.blogspot.com/2017/09/sultan-sulaiman-orkhan-bin-utsman-1327.html

Pada tahun 1357, Orkhan berhasil menyeberangi Selat Dardanil pada malam hari bersama empat puluh muslim kavaleri. Tatkala sampai di tepi barat, maka mereka mengambil alih beberapa kapal milik tentara Romawi yang sedang berada ditempat itu, lalu mereka kembali membawa perahu-perahu itu ke tepi timur, mengingat tentara Utsmani tidak memiliki armada laut saat itu sebab negara mereka baru saja berdiri. 

Di tepi timur inilah, Orkhan memerintahkan pasukannya untuk menaiki perahu-perahu itu yang akan membawa mereka ke pantai Eropa dimana mereka akhirnya mampu menaklukkan benteng Tarnab, Ghalmabuli yang didalamnya ada benteng Jana dan Apsala serta Rodestu. Semuanya berada di Selat Dardanil yang berada dari utara sampai selatan. Dengan ini Sultan telah melakukan sebuah langkah penting dan membuka jalan bagi penguasa yang datang setelahnya untuk menaklukkan Konstantinople. 3

Pembentukan Tentara Baru Yang Religius Dan Tartarisasi

Salah satu jasa penting yang berkait erat dengan kehidupan Sulaiman Orkhan adalah pembentukan tentara Islam serta kepeduliannya untuk membentuk satu model khusus dalam kemiliteran. Maka dia pun membagi tentara kedalam unit, dimana setiap unit terdiri dari sepuluh orang, atau seratus orang, atau seribu orang. Dia mengkhususkan seperlima dari rampasan perang untuk biaya militer. Dia menjadikan tentara itu memiliki tugas yang kontinu setelah sebelumnya tentara hanya berkumpul pada saat perang saja. Dia mendirikan markas khusus untuk pelatihan tentara itu didalamnya. 4

Sebagaimana dia juga menambahkan tentara tambahan yang disebut dengan Al-Inkisyariah yang terdiri dari kalangan mualaf dimana jumlah mereka semakin banyak setelah wilayah kekuasaan Utsmani semakin luas dan mereka mencapai kemenangan yang gemilang terhadap musuh-musuhnya dari kalangan non-muslim dalam setiap peperangan. Ditambah dengan banyaknya penduduk dari negeri yang ditaklukkan itu banyak yang masuk Islam sehingga banyak yang bergabung dengan kalangan mujahidin untuk menyebarkan ajaran Islam. Setelah mereka memeluk Islam dan telah memperoleh pendidikan Islam yang cukup baik dari sisi pemikiran dan cara berperang, maka mereka membantu di markas-markas perang yang beragam. Para ulama dan fukaha bersama-sama dengan Sultan Orkhan telah menanamkan semangat jihad kedalam dada kaum Muslim dan dengan gencar menanamkan kecintaan pada agama mereka, serta penanaman rasa rindu pada pertolongan Allah dan kerinduan mereka pada kesyahidan di jalan Allah. Semboyan mereka adalah "berperang atau syahid" tatkala mereka terjun ke medan laga. 5

Sebagian besar sejarawan asing beranggapan bahwa tentara baru ini (Al-Inkisyariah) berasal dari anak-anak orang Kristen yang dirampas dari keluarganya dan mereka dipaksa untuk memeluk Islam, sesuai dengan ketentuan dan aturan yang disebut – dalam asumsi mereka – aturan Dafsyariyah . Mereka juga beranggapan bahwa aturan ini diadopsi dari kewajiban membayar pajak dalam Islam. Mereka menuduh dengan sistem ini maka boleh bagi kaum muslim Utsmani untuk mengambil/merampas seperlima dari jumlah anak-anak yang ada disetiap kota atau desa Kristen sebagai pajak/upeti yang mereka sebut dengan "upeti anak" dengan anggapan bahwa itu adalah seperlima dari harta rampasan perang yang merupakan bagian dari Baitul Mal. Diantara sejarawan yang berpendapat demikian adalah Karl Brocklman, Gibbon dan Gibb. 6

Padahal hakikatnya apa yang mereka katakan tak lebih dari kebohongan besar yang sengaja mereka masukkan kedalam perjalanan sejarah Orkhan bin Utsman dan Murad bin Orkhan bin Utsman. Kebohongan tersebut terus mereka lekatkan terhadap seluruh penguasa Utsmani setelah mereka. Padahal sistem ini tak lebih dari kepedulian pemerintah Utsmani terhadap anak-anak kaum Kristen yang terlantar dan yatim piatu, dimana mereka menjadi korban peperangan yang berlangsung secara terus-menerus. Islam yang menjadi agama para penguasa Utsmani jelas-jelas melarang apa yang disebut dengan "upeti anak", seperti yang dituduhkan para sejarawan asing tersebut. 

Demikian banyak anak-anak kehilangan orang tua mereka akibat perang. Para penguasa Utsmani terdorong untuk memelihara mereka yang kini terlantar di jalanan kota-kota yang ditaklukkan kaum Muslimin. Ini dilakukan oleh penguasa Utsmani sebagai jaminan bagi masa depan mereka. lalu adakah jaminan selain itu selain didalam Islam? Maka tatkala kaum Muslimin menaruh perhatian pada mereka, lantas anak-anak yatim piatu memeluk Islam, wajarkah bila kemudian dituduh oleh para pembohong itu dengan menganggap bahwa kaum Muslimin telah merampas mereka dari pelukan orang tua dan memaksa mereka untuk masuk Islam! 

Ironsinya, tuduhan yang penuh kedengkian, provokasi nyata dan kebohongan besar ini disantap begitu saja oleh beberapa sejarawan Islam yang belajar di universitas-universitas mereka. Bahkan beranggapan bahwa propaganda dusta tersebut adalah kebenaran yang pantas diterima. Beberapa kelompok sejarawan muslim telah terpengaruh dengan tulisan-tulisan sejarawan itu, dan tak jarang diantara para penulis tersebut yang memiliki ruh dan ghirah keislaman tinggi. Namun mereka mengulang-ulang kebohongan sejarawan Barat dalam buku-buku yang mereka tulis. Misalnya tulisan seorang sejarawan dan sekaligus advokat, Muhammad Farid Baek dalam bukunya Al-Dawlat Al'Aliyah Al-Utsmaniyyah juga Dr. Ali Hasun dalam bukunya Tarikh Al Dawlat Al-Utsmaniyah , atau sejarawan Muhammad Kurd dalam bukunya Khithath Al-Syam , juga Dr. Umar Abdul Aziz dalam bukunya Muhadharat fi Tarikh Al-Syu'ub Al-Islamiyah serta Dr. Abdul Karim Gharibah dalam bukunya Al-‘Arab wa Al-Atrak 

Realitas mengatakan bahwa apa yang mereka sebut dengan "upeti anak" sama sekali tidak memiliki dalil apapun kecuali apa yang ada di dalam buku-buku orientalis Kristen itu, seperti Gibb dan seorang sejarawan Kristen Soumuvile atau Brocklman. Sedangkan mereka tidak bisa dijadikan sandaran dalam penulisan sejarah Islam, sebab tidak murni ikhlas dalam mengkaji sejarah Islam. 

Sesunggunya orang-orang yang terdidik secara khusus untuk berjihad bukanlah orang-orang Kristen. Mereka tak lain adalah anak-anak kaum Muslimin yang telah melepaskan diri mereka dari agama Kristen dan mendapat hidayah untuk masuk Islam. Mereka melakukannya dengan kesadaran yang tumbuh dalam dada mereka sendiri dan bukan karena dipaksa. Mereka memberikan anak-anak mereka pada Sultan untuk dididik dengan pendidikan Islam yang baik. Sedangkan sisanya adalah anak-anak yatim dan anak-anak terlantar korban peperangan, yang kemudian dipelihara oleh pemerintahan Utsmani. 

Sesungguhnya hakikat dari pembentukan tentara baru oleh Orkhan bin Utsman, tak lain merupakan pembentukan struktur angkatan militer yang terorganisir yang selalu siaga dan selalu berada bersamanya baik dalam kondisi perang ataupun dalam kondisi aman. Maka dia membentuk pasukan kavaleri dari keluarganya dan para mujahid siap tempur yang selalu memenuhi panggilan jihad. Sebagaimana ia juga mengangkat pasukan dari kalangan orang-orang Romawi yang telah menjadikan Islam sebagai bagian penting hatinya dan telah baik keislamannya. 

Belum usai membentuk organisasi militer, dia segera menemui seorang mukmin yang takwa bernama Haji Baktasy, meminta doa agar Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan pada balatentara. Haji Baktasy menginspeksi pasukan dengan penuh antusias dan meletakkan tangannya diatas kepada seorang tentara, lalu dia berdoa pada Allah agar mukanya menjadi bersih bersinar dan menjadikan pedangnya demikian tajam dan semoga Allah memenangkan mereka dalam setiap kali pertempuran. Kemudian dia melihat pada Orkhan dan bertanya, "Sudahkah kau beri nama tentara ini?" 

Orkhan menjawab, "Belum!" 

Haji Baktasy pun berkata, "Jika belum, namailah Yani Tasyri yang berarti "tentara baru". 

Bendera pasukan saat itu berwarna merah dengan bulan sabit di tengahnya. Sedangkan dibawah bulan sabit, terdapat gambar pedang yang mereka sebut dengan Dzul Fiqar, yang tak lain adalah nama pedang Ali bin Abu Thalib. 7

Alauddin bin Utsman, saudara Orkhan, adalah orang yang memiliki ide itu. Dia dikenal sebagai seorang yang alim dalam bidang syariah, selain itu terkenal sebagai sosok yang zuhud dan penganut tasawuf yang lurus. 8

Orkhan terus berusaha menambah jumlah pasukan barunya tersebut, setelah gerakan jihad semakin meluas dalam rangka menaklukkan kerajaan Byzantium. Oleh karena itu, dia memilih pasukan anak muda yang berasal dari Turki, dan sebagian yang lain dari kalangan Byzantium yang telah masuk Islam dan komitmen terhadap keislamannya. Mereka digabungkan dalam pasukan Islam dan dia sendiri sangat memperhatikan pendidikan keislaman serta jihad mereka. Tak berapa lama jumlah mereka semakin bertambah besar, sehingga terbentuklah pasukan dalam jumlah ribuan mujahid di jalan Allah. 

Orkhan dan Alauddin sepakat bahwa tujuan utama pembentukan dari tentara baru ini adalah untuk melanjutkan jihad di jalan Allahj melawan orang-orang Byzantium, menaklukkan wilayah-wilayah mereka, menyebarkan agama Islam dan mengambil faedah dari masuknya orang-orang Byzantium ke dalam Islam untuk menebarkan Islam kembali setelah menyerap pendidikan Islam dan tertancap dalam diri mereka prinsip-prinsip Islam, baik dalam perilaku dan jihad. 

Ringkasnya, Sultan Orkhan sama sekali tidak pernah merampas anak-anak orang Kristen dari rumah bapak mereka, dia tidak pernah memaksa seorang anak atau remaja Kristen pun untuk memeluk agama Islam. Apa yang dituduhkan Brockleman, Gibb, atau Gibbon adalah kedustaan semata. Oleh sebab itu lah pengaruhnya harus dihilangkan dari buku-buku sejarah Islam kita. 9

Kebijakan Dalam Dan Luar Negeri Orkhan

Semua peperangan di masa Orkhan terfokus pada kekaisaran Romawi. Namun satu peristiwa terjadi tahun 1336 M, dimana saat itu kepala pemerintahan di Qarashi (sebuah wilayah yang berada dibawah kekuasaan Saljuk Romawi). Setelah kematiannya, terjadi perselisihan antara dua anaknya dalam memperebutkan kekuasaan. Orkhan tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, maka dia pun melibatkan diri dalam koflik, yang akhirnya dia mampu menguasai wilayah itu. Memang salah satu target dari berdirinya negara Utsmani yang baru ini adalah mewarisi negara-negara yang berada dibawah kekuasaan Saljuk di Asia Kecil. Konflik ini terus terjadi antara pemerintahan Utsmani dan negeri-negeri kecil itu, hingga masa pemerintahan Al-Fatih yang kemudian ditandai dengan menyerahkan seluruh Asia Kecil kedalam Kesultanan Utsmani. 

Orkhan berusaha menguatkan penopang kekuasaanya. Untuk itu, dia melakukan pekerjaan-pekerjaan reformatif dan pembangunan, menertibkan administrasi, menguatkan militer, membangun masjid-masjdi dan akademi-akademi ilmu pengetahuan.10 Akademi-akademi itu dipimpin oleh ulama-ulama terkemuka yang sangat dihormati pemerintah. Disetiap desa ada sekolah, sedangkan di setiap kota ada fakultas tata bahasa, logika, metafisika, fikih, bahasa, balaghah, arsitektur, dan falak.11 dan tentu saja hafalan al-Qur'an dan ilmu-ilmunya. Juga sunnah, fiqih, dan akidah Islam. 

Demikianlah kebijakan yang diambil Orkhan tatkala dia menguasai Qarashi, selama dua puluh tahun tanpa timbul peperangan satu kali pun. Bahkan dia berhasil menghapusnya dan menggabungkannya dalam masyarakat sipil dan militer yang dibentuk oleh pemerintahannya. Satu bukti kebesaran Orkhan adalah adanya stabilitas didalam negeri, pembangunan masjid-masjid, pemberdayaan wakaf, pembangunan tempat-tempat umum. Orkhan memiliki pandangan bijak karena semua peperangan yang berlangsung di masanya sama sekali tidak dia tujukan hanya sekedar memperluas wilayah kekuasaannya, yang dia lakukan adalah agar kekuasaannya memiliki wibawa diwilayah-wilayah yang telah bergabung kedalam kekuasaannya. Dalam setiap pembukaan wilayah, dia selalu membangun sebuah masyarakat madani, militer, terdidik, dan berbudaya, dengan demikian maka wilayah-wilayah itu menjadi bagian wilayah yang tidak terpisahkan dari kekuasaannya dimana kekuasaan pemerintah Utsmani di Asia Kecil demikian stabil. 

Ini semua menunjukkan pada pemahaman Orkhan yang luas tentang apa yang disebut dengan sunnah gradualistik dalam pembangunan sebuah negara dan peradaban serta dalam membangkitkan sebuah bangsa. 

Tak lama setelah Orkhan berhasil membangun pemerintahan dalam negerinya, terjadilah konflik perebutan kekuasaan didalam kekaisaran Byzantium. Sementara itu, Kaisar Kontakusianus meminta bantuan Sultan Orkhan untuk melawan musuh dan pesaingnya. Sultan pun mengirimkan pasukan Utsmani untuk memperkuat pengaruh kekuasaan kesultanan Utsmani di Eropa. Pada tahun 1358 M, terjadi gempa bumi di kota-kota Turaqiya sehingga menyebabkan ambruknya benteng-benteng Gallipoli. Peristiwa itu melicinkan jalan bagi kaum Muslimin untuk memasukinya. Kaisar Byzantium melayangkan protes terhadap apa yang dilakukan oleh tentara Orkhan itu. Namun tidak menjawab apa-apa. Jawaban Orkhan saat itu adalah kekuasaan Ilahi telah membuka pintu-pintu kota didepan kekuatan pasukannya. Dengan demikian, maka jadilah Gallipoli sebagai basis pertama Kesultanan Utsmani di Eropa. Dari sinilah kemudian bergerak pasukan Islam pertama yang akhirnya mampu menguasai kepulauan Balkan. Tatkala Hana V di Luyulujis menyatakan diri terpisah dari pemerintahan Byzantium, maka semua wilayah yang dikuasai Orkhan menyatakan diri berada dibawah kekuasaan Sultan dengan imbalan Sultan akan mengirimkan bahan makanan dan bantuan lainnya ke Konstantinople. Orkhan mengirimkan beberapa kabilah muslimin dalam jumlah besar dengan tujuan menyebarkan Islam dalam rangka mencegah pengusiran orang-orang Islam oleh orang-orang Kristen Eropa. 12

Faktor-Faktor Yang Membantu Sultan Orkhan Dalam Merealisasikan Tujuannya

  1. kebijakan yang bertahap, mengelaborasi perjuangan ayahnya Utsman dan tersedianya semua sarana material dan maknawi yang demikian banyak. Semuanya membantu Orkhan untuk bisa menaklukkan wilayah-wilayah Byzantium di Anatolia. Strategi yang dilakukan Orkhan memiliki ciri yang sangat unik, yakni dengan cara melakukan perluasan kekuasaannya serta merentangkan perbatasannya. Sedangkan dunia Kristen saat itu sama sekali tidak menyadari akan adanya ancaman dari kekuasaan Utsmani, kecuali setelah mereka mampu menyeberangi laut dan mampu menaklukkan Gallipoli.13

  2. Dalam setiap peperangan yang berlangsung antara kaum muslimin dengan Balkan, pasukan Utsmani memiliki karakteristik yang mengusung kesatuan barisan, kesatuan tujuan, kesatuan mazhab, yakni Sunni. 

  3. Kekuasaan Byzantium saat itu mengalami kemerosotan yang sangat parah. Dimana masyarakat Byantium telah ditimpa sebuah perpecahan politis dan kemerosotan agama dan sosial. Dengan demikian sangat gampang bagi kekuasaan Utsmani untuk menaklukkan wilayah itu. 

  4. Lemahnya pihak Kristen akibat tidak adanya rasa percaya diri dikalangan penguasa yang berkuasa di kekaisaran Byzantium, Bulgaria, Serbia, dan Hungaria. Oleh karena itulah dalam berbagai kesempatan mereka tidak mampu menyatukan barisan dalam menghadapi kekuatan Utsmani. 14

  5. Konflik agama Kristen yang terjadi antara Roma dan Konstantinople atau dengan kata lain konflik antara Katholik dan Ortodoks yang telah menimbulkan dampak yang demikian dalam pada kedua belah pihak.

Munculnya organisasi militer baru yang didasarkan pada akidah, manhaj, tarbiyah, dan tujuan-tujuan rabbaniyah yang langsung dipimpin oleh orang-orang terbaik dari kalangan Utsmani. 




Catatan Kaki

1.
 Lihat: Qiyam Al-Dawlat Al-Utsmaniyah, hal 29.
2. Lihat: Al-Utsmaniyyun fi Al-Tarikh wa Al-Hadharah, hlm 29.
3. Lihat: Ila Al-Dawlat Al-Utsmaniyah, Dr. Abdul Hadi, hal 22. 
4. Lihat: Qiyamu Al-Dawlat Al-Utsmaniyah, hal 32. 
5. Lihat: Qiyam Al-Dawlat Al-Utsmaniyah, hal 302.
6. Lihat: Jawanib Mudhi'ah, hal 122. 
7. Lihat: Jawanib Mudhiah, hal 147. 
8. Lihat: Jawanib Mudhiah, hal 144. 
9. Lihat: Jawanib Mudhiah, hal 155. 
10. Lihat: Muhammad Al-Fatih. Dr. Salim Ar-Rasyidi, hal 25. 
11. Lihat: Fi Al-Tarikh Al-Islami, Muhammad Abdur-Rahim, hal 40. 
12. Lihat: Ushul Al-Tarikh Al-Islami hal 47. 
13. Lihat Al-dawlat Al-Utsmaniyah fi Al-Tarikh Al-Islami Al Hadits hal 22. 
14. Lihat Al-dawlat Al-Utsmaniyah fi Al-Tarikh Al-Islami Al Hadits hal 23.

Sultan Murad II (1421-1452 M)

Sultan Murad II berkuasa setelah meninggalnya ayahnya, Muhammad Jalabi, pada tahun 1421 M (824H). Umurnya saat itu tidak lebih dari delapan belas tahun. Dia demikian mencintai jihad di jalan Allah dan berdakwah untuk menyiarkan Islam di benua Eropa.1


https://hazanid.blogspot.com/2017/09/sultan-murad-II-1421-1452-m.html
Dia dikenal dikalangan rakyat sebagai sosok yang memiliki sifat takwa, adil, dan kasih sayang.2 Sultan Murad II mampu meredam semua gerakan separatis dalam negeri yang dilakukan oleh pamannya sendiri yang bernama Mushtafa, yang didukung musuh-musuh pemerintahan Utsmani. Kaisar Manuel II dari Byzantium , merupakan orang yang berada dibalik konspirasi dan hambatan yang dialami Sultan Murad II. Dia lah yang membantu Mushtafa sehingga mampu mengepung kota Gallipoli yang dia rampas dari tangan sultan dan dia jadikan sebagai pusat pemberontakan. Namun, Sultan Murad II berhasil menangkap pamannya dan dikirimkan ke tiang gantungan. 

Kendati demikian, tak menyurutkan langkah Kaisar Manuel II yang terus melanjutkan rencananya dengan memberi perlindungan pada saudara kandung Murad II. Bukan hanya itu, saudara kandung Murad II diberi kepercayaan untuk memimpin pasukan yang menguasai kota Nicaea di Anatolia. Murad II segera berangkat ke dua tempat tersebut, dan berhasil memaksa musuhnya untuk menyerah dan setelah itu dibunuh. 

Oleh karena tindakan kaisar Byzantium yang terus merongrong stabilitas wilayah Utsmani, Sultan Murad II dengan tekad bulat berusaha untuk memberikan pelajaran langsung padanya. Untuk itu dia menyerbu Slonika dengan kekuatan besar pada bulan Maret tahun 1431 M. Sejak itu, jadilah Slonika sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pemerintahan Utsmani. 

Sultan Murad II juga melakukan pukulan yang demikian hebat terhadap kaum pemberontak di wilayah Balkan. Dia berusaha untuk menguatkan cengkeraman kekuasaan pemerintahan Utsmani di wilayah itu. Tentara Utsmani kemudian beranjak menuju wilayah utara, untuk menaklukkan wallachia dan mewajibkan padanya untuk membaya upeti tahunan. Raja Serbia yang baru bernama Stephen Lazarevitch, terpaksa harus tunduk pada pemerintahan Utsmani dan rela dibawah pemerintahannya serta harus memperbaharui loyalitasnya kepada sultan. Setelah itu, pasukan Utsmani bergerak ke arah selatan dimana disana telah menanti bantuan yang menguatkan pemerintahan Utsmani di negeri Yunani. 

Sultan melanjutkan jihad dan dakwahnya dan terus membersihkan semua hambatan yang ada di Albania dan Hungaria. 

Tentara Utsmani mampu menaklukkan Albania pada tahun 1431 M. Mereka mengonsentrasikan serangannya pada bagian selatan negeri itu. Sedangkan di dua bagian utara Albania , tentara Utsmani harus mengalami peperangan yang demikian getir. Dimana orang-orang yang berada di wilayah utara Albania, mampu memukul mundur dua pasukan Utsmani di Pegunungan Albania. Sebagaimana halnya tentara Utsmani juga mengalami kekalahan dalam dua kali serangan beruntun yang dipimpin sultan sendiri. Tentara Utsmani mengalami kerugian yang demikian besar, saat mereka menarik pasukannya dari wilayah itu. Pada saat terjadi peperangan antara Turki Utsmani dengan Albania, negara-negara Kristen merupakan pendukung yang berada dibalik tentara Albania. Dukungan itu khususnya datang dari pemerintahan Venezia, yang menyadari akan bahaya penaklukkan yang dilakukan oleh Utsmani bagi wilayah-wilayah yang sangat penting dan strategis ini, yang berada di pantai dan pelabuhan lautnya yang menghubungkan antara Laut Tengah (Laut Mediterania) dengan dunia luar. Mereka sadar bahwa mereka akan sanggup untuk menghalangi kapal-kapal Venezia yang berada di lautan tertutup yakni Lautan Adriatik. Demikianlah Sultan Murad II tidak bisa menikmati kestabilan pemerintahan di Albania.3 

Sedangkan yang berhubungan dengan Hungaria, tentara Utsmani mampu mengalahkan pasukan Hungaria pada tahun 1438M. Tujuh puluh ribu diantaranya menjadi tawanan pasukan Utsmani. Mereka juga mampu menguasai tempat-tempat penting. Kemudian bergeral menaklukkan Belgrade (Beograd) ibu kota Serbia. Namun usaha ini gagal, karena secara tiba-tiba aliansi pasukan Salib dalam jumlah yang sangat besar yang diberkahi oleh Paus. Aliansi pasukan Salib ini bertujuan untuk mengusir orang-orang Utsmani dari Eropa secara keseluruhan. Pasukan ini terdiri dari beberapa negara seperti Hungaria, Polandia, Serbia, Genoa, Venezia, Byzantium, Burgundi. Dalam pasukan ini, bergabung pula pasukan Jerman dan Cekoslovakia. Komando pasukan salib diberikan pada seorang jenderal dari Hungaria yang cerdik bernama Johannes Henyadi. Dia memimpin pasukan darat Salibis dan berangkat ke arah selatan. Dia berhasil mengalahkan pasukan Utsmani selama dua kali pada tahun 1442 M. Kekalahan ini memaksa tentara Utsmani menandatangani kesepakatan damai.4 Perjanjian yang ditandatangani di Sisjaden ini terjadi pada bulan Juli tahun 1444 M. Dengan kesepakatan gencatan senjata selama sepuluh tahun. Dalam perjanjian itu Turki Utsmani menyatakan, menyerahkan Serbia dan mengakui George Brancovites sebagai penguasanya. Sebagaimana Sultan Murad II juga menyerahkan Valichie kepada Hungaria. Dia juga membayar tebusan suami puterinya yang bernama Mahmud Syalabi yang waktu itu menjadi panglima pasukan perang tentara Utsmani dengan harga 60.000 duqiyah. Perjanjian kesepakatan itu ditandatangani dalam dua bahasa, bahasa Turki dan bahasa Hungaria. Raja Ladislas dari Hungaria bersumpah dengan menggunakan Injil sebagaimana Sultan Murad II bersumpah dengan menggunakan Al-Qur'an untuk mematuhi kesepakatan ini dengan sebaik-baiknya dan dengan cara yang terhormat. 

Setelah Murad II telah selesai menandatangani kesepakatan dengan musuh-musuhnya yakni orang-orang Eropa, dia kembali ke Anatolia . Saat tiba di Anatolia dia harus berkabung dengan kematian anaknya. Maka semakin bertambah kesedihannya dan dia semakin menjauhi masalah-masalah keduniawian dan kekuasaan. Akhirnya dia menyatakan mundur dari kesultanan dan menyerahkannya pada anaknya yang bernama Muhammad, yang saat itu baru berumur sekitar empat belas tahun. Karena dia masih sangat muda, sang ayah mengawalnya dengan beberapa cerdik cendekia dari pihak kesultanan. Dia sendiri setelah itu pergi ke Magnesia di Asia Kecil untuk mengisi sisa-sisa hidupnya dalam uzlah dan ketentraman batin, dalam rangka beribadah sepenuhnya kepada Allah serta merenungkan kebesaran kekuasaan-Nya, setelah merasa bahwa pemerintahannya berada dalam keadaan stabil. 

Namun kondisi ini tidak dia rasakan sepenuhnya dalam jangka waktu yang panjang5 sebab Kardinal Sizarini dan sebagian pendukungnya menggagalkan kesepakatan dengan pemerintahan Utsmani yang telah disepakati sebelumnya, dan mereka bertekad untuk mengusir orang-orang Utsmani dari Eropa secara keseluruhan. Apalagi kini tahta Utsmani telah ditinggalkan Sultan Murad II dan telah diserahkan pada anaknya yang masih muda dan belum berpengalaman. Bagi mereka, raja yang baru tidak dianggap berbagaya. Paus Ogen IV setuju dengan pemikiran setan ini6 dan dia meminta orang-orang Kristen untuk membatalkan perjanjian itu dan sebaliknya menyerang kaum muslimin. Dia menjelaskan pada orang-oang Kristen bahwa perjanjian yang telah disepakati dengan orang-orang muslim itu tidak sah sebab itu dilakukan tanpa persetujuan dari Paus sebagai wakil Yesus di bumi. Kardinal Sizarini dikenal sebagai sosok yang cekatan, tidak pernah istirahat dari bekerja. Dia dengan semangat yang tinggi selalu berusaha untuk melenyapkan orang-orang Utsmani. Oleh sebab itulah, dia selalu mengadakan kunjungan pada raja-raja Kristen dan mendorong mereka untuk membatalkan perjanjian dengan kaum muslimin. 

Berkat usahanya dia berhasil meyakinkan para raja untuk membatalkan kesepakatan dengan orang-orang muslim. Dia mengatakan, bahwa atas nama Paus, mereka bebas dari tanggung jawab dari pembatalan itu dan dia memberkati tentara dan senjata mereka. Wajib bagi mereka untuk mengikuti jalannya, sebab jalan yang dia tempuh adalah jalan keselamatan dan barangsiapa yang menentang dalam kalbunya dam dia takut mendapatkan dosa, maka dia akan menanggung dosa dari apa yang dia perbuat.7

Orang-orang Kristen membatalkan kesepakatan dan mereka segera mempersiapkan pasukan untuk memerangi kaum muslimin. Mereka segera mengepung Kota Varna sebuah kota di Bulgaria yang berada di tepi Laut Hitam, yang sebelumnya telah merdeka dan berada ditangan kaum muslimin. Pembatalan perjanjian ini merupakan tanda yang sangat jelas sebagai permusuhan. Oleh sebab itulah, Allah mewajibkan atas kaum muslimin untuk memerangi mereka, Allah berfirman, 

“Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti.” (QS At-Taubah 12) 

Tidak ada janji dan kesepakatan yang mereka jaga, sebab memang itulah tabiat mereka. Mereka tidak segan-segan untuk menggempur siapa sajan, manusia lemah sekalipun mereka bunuh dan merega jagal.8 Maha Benar Allah yang telah berfirman saat menggambarkan mereka, 

“Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS At-Taubah 10) 

Tatkala orang-orang Kristen maju untuk menyerang pemerintahan Turki Utsmani, kaum Muslimin yang berada di Adrianople mendengar desas-desus serbuan kaum Salibis. Mereka pun dilanda rasa takut dan khawatir. Pejabat pemerintah, segera mengirim utusan kepada Sultan Murad II meminta agar dia segera kembali untuk menghadapi bahaya yang sedang datang. Maka keluarlah Sultan Murad II sang Mujahid itu dari tempat pengasingan ibadahnya, untuk memimpin pasukan Utsmani melawan pasukan Salib itu. Sultan Murad II berhasil menjalin kesepakatan dengan armada laut Genoa untuk mengangkut empat puluh ribu pasukan Turki Utsmani dari Asia menuju Eropa yang didengar dan dilihat langsung oleh armada Salib. Sultan sepakat membayar setiap satu tentara dengan ongkos satu dinar emas. 

Sultan Murad II dengan cepat melakukan perjalanan perangnya, dan dia tiba di Varna, Bulgaria, bersamaan dengan datangnya pasukan Salib. 

Sehari setelah itu, berkecamuklah peperangan antara pasukan Kristen dan pasukan Islam dalam peperangan yang demikian sengit. Sultan Murad II sendiri telah meletakkan kertas perjanjian yang telah dilanggar oleh musuh-musuhnya di ujung tombak, agar mereka menyaksikan dan langit serta bumi juga ikut menyaksikan terhadap pengkhianatan dan permusuhan mereka. Ini juga dia maksudkan agar semangat perang pasukannya meningkat.9

Kedua pasukan bertempur dalam sebuah pertempuran dahsyat. Bahkan hampir saja kemenangan berada di tangan orang-orang Kristen, karena adanya sentimen keagamaan mereka dan semangat mereka yang demikian menggebu. Namun semangat menggebu mereka harus bertubrukan dengan ruh jihad yang demikian tinggi dikalangan tentara Utsmani. Saat itulah, Raja Ladislas (dari Hungaria) yang ingkar janji bertemu dengan Sultan Murad II yang menetapi janji secara langsung. Keduanya duel satu lawan satu. Maka terjadilah satu perang tanding yang demikian seru, antara dua pemimpin yang akhirnya dimenangkan Sultan Murad II dan raja Hungaria itu kalah akibat pukulan telak ujung tombak Sultan, sehingga membuatnya jatuh dari atas kudanya. Maka segeralah sebagian mujahidin memotong kepalanya dan mereka mengangkat di ujung tombak dengan menyebut nama Allah dan menggemakan takbir penuh suka cita.10 Salah seorang mujahidin dengan lantang berteriak pada musuh, “Wahai orang-orang kafir, ini adalah kepala raja kalian.” Tak ayal pemandangan ini menimbulkan dampak yang demikian kuat terhadap pasukan Kristen, dimana mereka dilanda rasa takut dan panik. Maka kaum Muslimin segera melakukan serangan, yang berhasil menghancurkan kesatuan mereka dan mengalahkan mereka dengan kekalahan yang demikian telak. Akhirnya, pasukan Kristen lari tunggang langgang dan saling dorong-mendorong. Sultan sendiri tidak mengusir musuhnya itu dan dia mencukupkan dengan kemenangan ini. Sebuah kemenangan yang sangat gemilang.11

Pertempuran ini terjadi di Lembah Pantellaria pada tanggal 17 Oktober 1448. Peperangan ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut dan berakhir dengan kemenangan pasukan Muslimin. Kemenangan ini telah membuat Hungaria sebuah negeri – minimal dalam jangka waktu sepuluh tahun – yang tidak mampu bangkit melawan perlawanan militer terhadap pasukan Utsmani.12 Sultan Murad II sendiri masih konsisten dengan kezuhudannya pada dunia dan kekuasaan, sehingga untuk kedua kalinya dia mengundurkan diri dari tahta kesultanan dan menyerahkan kembali pada anaknya Muhammad. Sedang ia sendiri kembali mengasingkan diri di Magnesia, sebagaimana kembalinya singa yang menang bertarung ke sarangnya. 

Sejarah telah menyebutkan pada kita, ada beberapa raja dan penguasa yang mengundurkan diri dari tahtanya dan mengasingkan diri dari hiruk pikuk kekuasaan. Ada sebagian diantara mereka yang kembali naik tahta. Namun tidak ada satu sejarah pun yang menyebutkan pada kita semua, bahwa disana ada seorang raja yang turun tahta dua kali, kecuali Murad II. Sesungguhnya pada saat dia berangkat menuju pengasingannya di Asia Kecil, tiba-tiba sekelompok tentara yang disebut Inkisyariyah di Adrianople melakukan pemberontakan, pembangkangan, dan pengrusakan. Sedangkan Sultan Muhammad waktu itu masih sangat muda. Sebagian pembesar Utsmani khawatir persoalan ini akan membesar, bahayanya akan mengembang dan kejahatannya akan semakin memuncak serta mendatangkan akibat yang jelek. Maka mereka kembali mengutus utusan pada Sultan Murad II untuk kembali ke ibu kota mengendalikan kekuasaan ditangannya.13

Maka dia pun segera mengambil kendali kekuasaan dan mampu menaklukkan para pemberontak itu. Kemudian dia mengirim anaknya, Muhammad, ke Magnesia dan dia memerintah disana, di Anatolia. Sedangkan Sultan Murad II sendiri tetap memgang tampuk kekuasaan hingga akhir hayatnya yang semuanya dia pergunakan untuk perang dan penaklukan.14

Muradi II Dan Kecintaannya Pada Para Penyair, Ulama, Dan Kesukaannya Melakukan Kebaikan

Muhammad Harb berkata, “Murad II – walaupun tidak dikenal banyak memiliki syair – dia dikenal sebagai sosok yang memiliki kepedulian pada sastra dan puisi. Sebab kenikmatan yang dia miliki, juga bisa dinikmati para penyair yang sengaja dipanggil dua hari dalam seminggu, dengan tujuan menyimak apa yang mereka karang. Mereka melantunkan syair bernama Sultan. Sultan pun ikut memberi penilaian baik atau jelek terhadap syair-syair mereka. Dia bisa memilih atau membuang syair-syair mereka. bahkan dia tidak segan-segan memberikan peluang kerja, sehingga mereka terlepas dari kesusahan hidup. Dizamannya telah lahir penyair dalam jumlah yang cukup besar.15

Dia telah berhasil mengubah istana penguasa menjadi semacam akademi ilmiah. Bahkan diantara para penyair itu ada yang mengiringnya ke medan jihad.16

Diantara syairnya, 
“Datanglah mari kita menyebut Allah, 
Karena kita tidak akan abadi di dunia.” 17

Sultan Murad II dikenal sebagai sosok yang alim, berotak brilian, adil, dan pemberani. Dia mengirimkan harta dari koceknya sendiri pada penduduk Mekkah, Madinah dan Baitul Maqdis (Yerusalem) sebanyak tiga ribu lima ratus dinar setiap tahun. Dia sangat peduli terhadap ilmu pengetahuan, pada para ulama, para syaikh, dan orang-orang saleh. Dia telah membangun tiang-tiang kerajaan, mengamankan jalan, menegakkan syariat dan agama menghinakan orang-orang kafir dan atheis.18

Yusuf Ashaf mengatakan tentang dia, “Dia adalah seorang yang saleh dan takwa, seorang pejuang yang gigih, cinta pada kebaikan, cenderung pada rasa kasih dan ihsan. 

Wasiat Menjelang Wafat

Sultan meninggal di istana Adrianople pada saat umurnya menjelang 47 tahun. Sesuai wasiatnya, dia dikebumikan disamping Masjid Jami Muradiyah di Bursa. Selain itu, ia berwasiat agar diatas kuburannya tidak dibangun apa-apa. Dia juga mewasiatkan agar disamping kuburannya dibikin tempat-tempat untuk duduk pada penghafal Al-Qur'an. Dia meminta agar dirinya dikubur pada hari jum'at. Semua wasiat yang diminta dilaksanakan.19

Dalam wasiatnya, dia juga meninggalkan satu syair, setelah dia merasa khawatir dikuburkan disebuah kuburan yang besar padahal dia sendiri menginginkan agar diatas kuburannya tidak dibangun bangunan apapun. Syair tersebut berbunyi. 

“Maka datanglah haru,
dimana setiap orang hanya melihat tanah kuburanku.” 
20

Sultan Murad II telah melakukan pembangunan masjid, madrasah-madrasah, beberapa istana, dan beberapa jembatan. Diantaranya adalah Masjid Jami Adrianople yang memiliki tiga beranda. 

Disamping masjid itu, dia membangun madrasah Watakiyah yang memberikan makanan pada orang-orang fakir dan miskin.21




Catatan Kaki

1.
 Lihat: Akhtha ‘Yajibu an Tushahhah (Al- Dawlat Al-Utsmaniyah) hlm. 38. 
2. Lihat: As-Salathin Al-Utsmaniyun, hlm. 43.
3. Lihat: Al-Dawlat Al-Utsmaniyah fi Al-Tarikh Al-Islami Al-Hadits, hlm. 46.
4. Ibid. 
5. Lihat: Muhammad Al-Fatih, hlm 42-43. 
6. ibid. 43. 
7. Ibid: 44.
8. Lihat: : Akhtha ‘Yajibu Tushahhah (Al-Dawlat Al-Utsmaniyah), hal. 41.
9. Lihat: Muhammad Al-Fatih, Dr. Salim Ar-Rasyidi, hlm. 45. 
10. Lihat: Muhammad Al-Fatih, Dr. Abdus Salam Abdul Aziz, hlm 22. 
11. Lihat: Muhammad Al-Fatih, Dr. Salim Ar-Rasyidi, hlm. 44. 
12. Lihat: Al-Dawlat Al-Utsmaniyah fi Al-Tarikh Al-Islami Al-Hadits, hlm. 46. 
13. Lihat: Muhammad Al-Fatih, 47.
14. Sultan Muhammad Al-Fatih, 23. 
15. Al-Utsmaniyun fi-Al-Tarikh wa Al-Hadharah, hlm. 246.
16. Ibid. 
17. Al-Salathin Al-Utsmaniyunm hlm 43. 
18. Lihat: Tarikh Salathin Ali Utsman, Al-Qaramani, hlm. 55. 
19. Lihat: As-Salathin Al-Utsmaniyun fi Al- Tarikh wa Al-Hadharah, hlm 43. 
20. Lihat: Al-Utsmaniyyun fi Al-Tarikh wa Al-Hadharah, hlm 246.
21. Lihat: Al-Salathin Al-Utsmaniyyun, hlm 43.